Ilustrasi. |
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 wacana Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus dipakai dalam membuatkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi membuatkan dan membentuk tabiat serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik biar menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas insan Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Hakikat pendidikan yaitu : (1) Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik, (2) Pendidikan merupakan perjuangan penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin pesat, (3) Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupoan pribadi dan masyarakat, (4) Pendidikan berlangsung seumur hidup, dan (5) Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan insan seutuhnya.
Dalam dunia pendidikan, proses mencar ilmu mengajar bukan sekedar acara memberikan pengetahuan dari guru kepada siswa, akan tetapi lebih dari itu yaitu adanya acara atau proses komunikasi dan informasi dari guru kepada siswa, atau dari siswa kepada guru, dan dari siswa kepada siswa lainnya. Sehubungan dengan itu ada beberapa mahir yang mengungkapkan teori wacana komunikasi dan informasi ini diantaranya : Edgar Dale, Hoban, Shanon dan Weaver, Berlo, Roger dan Kincaid, dan lain-lain.
Menurut ekonomis saya, teori komunikasi yang menunjukkan banyak imbas dalam pendidikan yaitu teori yang disampaikan oleh Edgar Dale, Hoban, dan teori komunikasi dari Roger dan Kincaid Edgar Dale, yang populer dengan ”kerucut pengalamannya”, menyatakan bahwa teori komunikasi merupakan suatu metode yang paling berkhasiat dalam perjuangan meningkatkan efektivitas materi audiovisual. Pada masa itu memang pendekatan dalam teknologi pendidikan masih condong ke pendekatan media, sehingga ”kerucut pengalaman” Dale dipandang secara keliru sebagai model pembagian terstruktur mengenai media yang bertolak dari teori komunikasi.
Hoban, menyerupai halya Dale, beropini bahwa pendekatan yang paling berkhasiat untuk memahami dan meningkatkan efesiensi bidang audiovisual, yakni melalui konsep komunikasi. Orientasi komunikasi ini mengakibatkan lebih diperhatikannya proses komunikasi informasi secara menyeluruh.
Kedua teori di atas menunjukkan pemahaman bagi seorang guru, bahwa di dalam proses pembelajaran seyogyanya kita memperhatikan pengalaman menyerupai apa yang ingin dibutuhkan didapat oleh siswa dari proses mencar ilmu mengajar itu. Dale menyampaikan bahwa semakin abstrak, pengalaman mencar ilmu yang diperoleh siswa semakin kecil; dan sebaliknya semakin konkret pengalaman mencar ilmu yang diberikan maka semakin banyak/luas pengalaman atau informasi yang diperoleh siswa. Contoh, bila proses pembelajaran disampaikan hanya dengan ceramah, maka pengalaman mencar ilmu siswa (apa yang mereka peroleh dari proses mencar ilmu itu) akan sangat sedikit bila dibandingkan dengan pembelajaran itu disampaikan dengan diskusi, atau bermain kiprah dan sejenisnya. Hal ini alasannya yakni pada metode ceramah informasi atau pengalaman mencar ilmu yang diberikan guru kepada siswa hanya bersifat sesuatu yang abstrak. Adapun diskusi, melibatkan pribadi siswa dalam mendapat pengalaman belajar
Kontribusi dalam Pembelajaran
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga harus dilakukan secara profesional. Guru sebagai tenaga profesional mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan yaitu membuat insan Indonesia cerdas dan kompetitif.
Pembelajaran yakni interaksi siswa dengan lingkungan mencar ilmu yang dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran, yakni kemampuan yang dibutuhkan dimiliki siswa sesudah menuntaskan pengalaman belajarnya. Tujuan pembelajaran intinya yakni diperolehnya bentuk perubahan tingkah laris gres pada siswa sebagai jawaban dari proses pembelajaran. Oleh alasannya yakni itulah dalam acara pembelajaran, guru harus mempunyai taktik yang sempurna biar anak didik sanggup mencar ilmu secara efektif dan efisien sehingga sanggup tercapai tujuan yang diharapkan.
Bagi seorang guru, teori komunikasi dan informasi ini harus dipahami dengan baik sehingga akan membantu kiprah utamanya dalam melakukan proses pembelajaran. Kontribusi teori komunikasi dan informasi dalam proses pembelajaran terkait dalam hal mendesain metode pembelajaran sebaiknya diperhatikan media apa yang dipakai dalam membantu menunjukkan pengalaman mencar ilmu sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun teori komunikasi berdasarkan Roger dan Kincaid, yang sering juga disebut teori konvergensi, tidak membedakan antara sumber dan akseptor informasi, alasannya yakni peranan akseptor dan sumber sanggup terjadi secara bersamaan dalam suatu konteks komunikasi. Teori ini menegaskan bahwa komunikasi itu berlangsung tanpa awal dan akhir, sepanjang insan sadar akan diri dan lingkungannya. Teori ini menunjukkan dampak positif pada pembelajaran yaitu : (1) pendidikan seumur hidup yang berlangsung sepanjang orang sadar akan diri dan lingkungannya, (2) pendidikan gerak cepat dan sempurna yang lebih mengacu pada kemampuan untuk hidup di masyarakat, (3) pendidikan yang gampang dicerna dan diresapi, (4) pendidikan yang menarik perhatian dengan cara penyajian yang bervariasi dan merangsang sebanyak mungkin indera, (5) pendidikan yang menyebar, baik pelayanan, maupun peranannya, dan (6) pendidikan yang mustari (tepat saat) menyusup tanpa niat sebelumnya, yaitu pada ketika ada kekosongan pikiran. Kesemuanya itu merupakan landasan strategis dalam perkembangan teknologi pendidikan.
Teori kedua ini menunjukkan dampak dalam pengelolaan pendidikan, dimana paradigma pendidikan berubah dari mencar ilmu menjadi pembelajaran, dari guru sebagai satu-satunya sumber informasi menjadi sebagai fasilitator dan motivator, dari learn how to know menjadi learn how to be dan learn how to live together.
*) Ditulis dan dikirim oleh Bambang Riadi, S.Pd., M.Pd.
Guru Sekolah Menengah kejuruan Negeri 6 Palembang
Advertisement