'/> Model Pembelajaran Sesuai Karakteristik Siswa Milenial

Info Populer 2022

Model Pembelajaran Sesuai Karakteristik Siswa Milenial

Model Pembelajaran Sesuai Karakteristik Siswa Milenial
Model Pembelajaran Sesuai Karakteristik Siswa Milenial
Model Pembelajaran Sesuai Karakteristik Siswa Milenial Model Pembelajaran Sesuai Karakteristik Siswa Milenial
Guru kala ke-21 harus mempunyai sejumlah karakteristik yang sempurna untuk mengajar siswa milenial
Tugas mengajar dan mendidik pada kala ke-21 mempunyai tantangan tersendiri. Karena itu, guru perlu memahami model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Siswa di zaman milenial mempunyai karakteristik sangat aware teknologi, warga global, otentik, liberal, progresif, percaya diri, dan berorientasi tim.

Guru kala ke-21 harus mempunyai sejumlah karakteristik yang sempurna untuk mengajar siswa milenial. Karakteristik tersebut antara lain mengakibatkan siswa sebagai producer, berguru teknologi baru, berwawasan global, siap dengan era digital, berkolaborasi, pembelajaran berbasis proyek, dan terus berinovasi.

Dosen Universitas Pakuan Bogor Dr Yuyun Elizabeth Patras MPd mengemukakan, model pembelajaran atau cara/teknik yang dipakai oleh seorang guru bergantung kepada karakteristik akseptor didik, karakteristik kompetensi yang harus dikuasai oleh akseptor didik, dan daya dukung lingkungan belajar.

“Model pembelajaran kala ke-21 merupakan cara/teknik yang dipakai guru untuk memfasilitasi pengaman berguru terbaik anak sesuai dengan kondisi anak, lingkungan berguru anak, dan daya dukung yang dimiliki,” kata Yuyun yang lansir dari Republika (07/02/18).

Salah satu model pembelajaran kala ke-21 yakni Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek). Model pembelajaran ini bertujuan menemukan sendiri dan merampungkan suatu kegiatan/proyek. Selain itu, menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku tertentu ke dalam aneka macam konteks dalam merampungkan proyek, serta interpersonal skills dan berkolaborasi dalam suatu tim.

Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain, adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada akseptor didik; akseptor didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan; akseptor didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola isu untuk memecahkan permasalahan; dan proses penilaian dijalankan secara kontinyu.

“Selain itu, akseptor didik secara terpola melaksanakan refleksi atas acara yang sudah dijalankan; produk final acara berguru akan dievaluasi secara kualitatif; dan situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan,” papar Yuyun.

Baca: 4 Hal yang Mencerminkan Pembelajaran Abad 21

Sistem penilaian proyek meliputi tiga hal, yakni kemampuan, relevansi, dan keaslian. Kemampuan pengelolaan yakni kemampuan akseptor didik dalam menentukan topik, mencari isu dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan. Relevansi yakni kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

“Adapun keaslian yakni proyek yang dilakukan akseptor didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan bantuan guru berupa petunjuk dan santunan terhadap proyek akseptor didik,” terang Yuyun.
Advertisement

Iklan Sidebar