Sudah selayaknyalah orangtua dan guru memberi keteladanan kepada anak-anaknya. |
Keteladanan sangat dekat kaitannya dengan komitmen, kejujuran dan integritas. Keteladanan berarti melaksanakan apa yang diucapkan dan mengucapkan apa yang sudah dilakukan. Seorang guru atau pendidik harus sanggup menampilkan suri tauladan yang baik didepan bawah umur didiknya. Contoh sederhana, ibarat menjanjikan sesuatu (hadiah) kepada anak saat anak sanggup melaksanakan sesuatu yang diminta oleh guru atau orang tua. Ketika anak sanggup melaksanakan hal tersebut dengan baik, dan guru tidak memenuhi janjinya untuk memperlihatkan sesuatu (hadiah) tersebut, maka yaitu sebuah kedustaan yang sudah diajarkan kepada anak.
Secara psikologis insan butuh akan teladan (peniruan) yang lahir dari ghorizah (naluri) yang bersemayam dalam jiwa yang disebut juga dengan taqlid. Yang dimaksud peniruan disini yaitu hasrat yang mendorong anak, seseorang untuk menggandakan prilaku orang dewasa, atau orang yang mempunyai imbas dalam kehidupannya.
Keteladanan memang berat. Dalam kepemimpinan gotong royong yang sangat sulit bukanlah ilmu-ilmu manajemen, teori-teori kepemimpinan, lantaran semua itu sanggup dipelajari, sanggup dibaca. Namun yang sulit itu yaitu menampilkan keteladanan. Suri teladan yang baik mempunyai dampak yang besar pada kepribadian anak. Sebab, fitrah anak yaitu menggandakan dan mencontoh apa yang dilakukan orang tua, guru dan lingkungannya. Anak-anak akan selalu memperhatikan dan meneladani sikap dan sikap orang dewasa. Apabila mereka melihat orang tua, gurunya berperilaku jujur, mereka akan tumbuh dalam kejujuran. Demikian juga sebaliknya.
Baca juga: Kecerdasan Anak Dipengaruhi Lingkungan Keluarga
Sudah selayaknyalah orangtua dan guru memberi keteladanan kepada anak-anaknya. Para orangtua dan guru sebaiknya memperlihatkan pola yang baik sesuai dengan pesan tersirat dan ucapannya kepada para anaknya. Akan sangat lucu kalau yang disampaikan orangtua dan guru kepada anak-anaknya ternyata tidak dilakukan oleh orangtua dan guru itu sendiri. Dalam Islam, keteladanan dari orangtua sangat memilih terlebih di zaman kini media tontonan tidak sanggup diperlukan menjadi pola yang baik bagi pembentukan budbahasa bawah umur muslim.
Dalam pendidikan terutama kepada anak-anak, pola yaitu suatu hal yang penting bagi anak. Seorang guru atau orang bau tanah yang menyuruh anaknya berwudhu dan sholat contohnya sementara ia sendiri masih sibuk dengan aktifitasnya akan sulit menanamkan nilai-nilai kepada akseptor didiknya. Dibandingkan dengan guru yang mengajak wudhu dan sholat lantaran ia sekalian melakukannya, tentu hal ini akan berdampak besar lengan berkuasa dan lebih sanggup diikuti oleh murid-muridnya. Disinilah letak keteladanan.
Termasuk dalam ucapan-ucapan yang diungkapkan orang bau tanah atau guru setiap hari, janji-janji yang diucapkan kepada anak, perilaku-perilaku yang ditampilkan disekolah maupun dirumah, semuanya akan menjadi perhatian besar bagi anak. Orang bau tanah atau guru yang sering berbohong akan kehilangan keteladanan dan pengaruhnya kepada anak didiknya, sehingga kata-katanya tidak lagi didengar dan dilaksanakan.
Oleh lantaran itu keteladanan dalam pendidikan menjadi sebuah keniscayaan yang harus diperhatikan oleh semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan sebelum hal-hal lain ibarat bahan pelajaran dan seterusnya. Tentu hal ini tidak sanggup serta merta sanggup diwujudkan begitu saja, harus ada upaya yang sistematis dalam membuat guru-guru yang mempunyai keteladanan yang tinggi. Tentu saja dalam hal ini dimulai dari pendidikan guru itu sendiri, rekrutmennya, sistem training guru dan evaluasinya.
Disamping itu sebesar apapun usaha orangtua dan guru dalam merawat, mendidik, menyekolahkan dan mengarahkan anaknya, andaikan Allah ta’ala tidak berkenan untuk menjadikannya anak yang salih, pasti ia tidak akan pernah menjadi anak salih. Hal ini memperlihatkan betapa besar kekuasaan Allah swt dan betapa kecilnya kekuatan kita. Ini terang memotivasi kita untuk lebih membangun ketergantungan dan rasa tawakkal kita kepada Allah swt. Dengan cara, antara lain, memperbanyak menghiba, merintih, memohon dukungan dan pertolongan, memperbanyak doa kepada Allah dalam segala sesuatu, terutama dalam hal mendidik anak.
Mendoakan anak yaitu cuilan dari pendidikan dan keteladanan itu sendiri. Karena doa yaitu termasuk ibadah yang utama dan wujud dari bentuk keteladanan yang dilakukan guru atau orang tua. Doa orang bau tanah sungguh absurd kalau itu ditujukan pada bawah umur mereka. Jika orang bau tanah ingin anaknya menjadi sholeh dan baik, maka doakanlah mereka lantaran doa orang bau tanah yaitu doa yang gampang diijabahi oleh Allah swt. Namun ingat gotong royong doa yang dimaksudkan di sini meliputi doa baik dan dan juga sekaligus doa yang jelek dari orang bau tanah pada anaknya. Makanya harus hati-hati saat murka kepada anak, dan kemudian orang bau tanah dan guru kemudian mendoakan anak dengan sesuatu yang buruk.
Diantara doa terbaik yaitu doa sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 74: “Ya Tuhan kami, Anugerahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami dan keturunan kami yang menyenangkan hati, dan jadikan kami imam bagi orang yang bertaqwa”.
Semoga Allah memperkenankan doa kita sebagai orang bau tanah yang berisi kebaikan kepada anak-anak kita. Semoga bawah umur kita berada dalam kebaikan dan terus berada dalam bimbingan Allah di jalan yang lurus. Jika kita sebagai anak, janganlah hingga durhaka pada orang tua. Banyak-banyaklah berbuat baik pada mereka, sehingga kita pun akan didoakan oleh bapak dan ibu kita. Wallahu’alam bisshawab.
*) Ditulis oleh Iqbal Anas. Kepala SDIT Ma'arif Padang Panjang
Advertisement